Resensi Kain Songket Mak Engket


JUDUL KARYA            : “KAIN SONGKET MAK ENGKET.”

PENERBIT                    : BADAN PENGEMBANGAN & PEMBINAAN BAHASA.

TEMPAT TERBIT         : JAKARTA TIMUR.

TAHUN TERBIT           : 2018

JUMLAH HALAMAN : 87 HALAMAN.

TEBAL BUKU              : 21 CM

PENULIS                       : WYLVERA WINDAYANI.

ILUSTRATOR              : ARIEF FIRDAUS.

PENATA LETAK         : BLINK STUDIO.


TENTANG KARYA     


Buku ini adalah sebuah buku fiksi yang ditulis oleh Wylvera Windayana. Buku ini menceritakan kisah dalam bentuk fiksi yang menampilkan tokoh remaja SMA nama suku Melayu yang lahir dan besar di Jakarta. Buku ini terdiri dari 8 bab buku ini ditujukan untuk pembaca usia SMA. Bab pertama menceritakan tentang liburan ke Medan, Bab kedua menceritakan tentang koleksi kain songket maengket, Bab ketiga menceritakan berkunjung ke Istana Maimun, Bab 4 menceritakan menjelang lomba tari, Bab 5 menceritakan kain songket hilang, Bab 6 menceritakan jejak kaki misterius, Bab 7 menceritakan hadiah untuk maengket dan terakhir menceritakan tentang songket persahabatan.


SINOPSIS/RINGKASAN KARYA


Kain songket Mak Engket bercerita tentang rasa cinta seseorang tokoh perempuan bernama mak Engket pada salah satu peninggalan kerajianan asli suku melayu, yaitu kain songket melayu, yaitu kain songket melayu Deli. Kisah yang disajikan dalam bentuk fiksi ini juga menampilkan tokoh remaja SMA bersuku melayu yang lahir dan besar di Jakarta, tetapi ia tetap mencintai tanah leluhurnya, Tanah Deli yang kini dikenal sebagai kota Medan, cerita ini terangkai untuk membangkitkan sdemangat melesetarikan salah satu budaya melayu di tanah Deli atau Medan yang mulai terlupakan.

Adapun isi buku ini memiliki halaman buku 86 halaman dengan delapan cerita yang saling berkaitan dengan tema, yaitu Liburan ke Medan, Koleksi kain songket mak engket, Berkunjung ke Istana Maimun,  Menjelang Lomba Tari, Kain songket hilang, Jejak kaki Misterius,  Hadiah Untuk Mak Engket, dan  Songket persahabatan.



MENGANALISIS ISI KARYA

RINGKASAN KARYA 

BAB 1

LIBURAN KE MEDAN

Setelah kepergian kakek dan neneknya, Tiara sudah tidak pernah berkunjung lagi ke Medan. Karena liburan kenaikan kelas, hari ini Tiara akan pergi ke Medan sendiri dan selalu diyakinkan oleh kedua orang tuanya, dan diingatkan untuk membawa passport. Tiara sangat merindukan Mak Engket apalagi saat ia melihat postingan Mak Engket, Tiara semangat untuk datang ke Medan dan segera ingin menemui Mak Engket. 

Tak lama kemudian, akhirnya Tiara berangkat ke Medan menaiki pesawat, sesampainya di bandara ia dijemput oleh Uak Rusdi. Setelah itu Tiara diajak ke rumah Mak Engket dan bertemu dengan teman lama yang merupakan musuhnya saat ia kecil. Di sana, Tiara melihat Mak Engket mengajari murid-muridnya, Mak Engket merupakan saudara dari nenek hara yang memiliki sanggar tari yang sangat megah dan sudah berdiri selama lebih dari 30 Tahun.


BAB 2

KOLEKSI KAIN SONGKET MAK ENGKET

Latihan tari pun dihentikan dan akan dilanjutkan besok. Mak Engket mengajak Tiara ke ruang kerjanya dirumah sanggar. Tiara bersiap menyimak penjelasan Mak Engket tentang songket-songket itu. Koleksi songket Mak Engket dengan warna-warna yang mencolok dilemari kacanya terlihat sudah mulai menua.

Berbagai macam motif yang meghiasi kain-kain itu membuat mata Tiara takjub. Ada motif lembayung raja, bunga kopi, daun tembakau, bunga melati, bunga tanjung campaksari, bunga kenanga, bunga taman raja, bunga pecah empat, sulur bunga tembakau, dan motif durian. Dengan seriusnya, Tiara masih menyimak penjelasan Mak Engket sambal sibuk mencatatnya di ponsel. Meskipun Mak Engket tidak menjelaskan secara detail semua makna motif-motif itu, Tiara cukup merasa puas karena bisa melihat semua ragam motif pada koleksi songket yang dimiliki Mak Engket. Cukuplah sebagai bahan catatan penulisannya.s

UNSUR-UNSUR CERITA

Alur : Maju.

Tema : Kebudayaan flora & Kearifan local.

Latar ; Tempat-Ruang kerja Mak Engket.

Tokoh : Tiara & Mak Engket.

Amanat : Dari ringkasan tersebut, kita menyadari bahwa Indonesia memiliki keragaman flora maupun fauna. Seperti pada tokoh Mak Engket yang tetap menjaga koleksi songketnya, itu bermakna bahwa kita juga harus ikut menjaga, membudayakan, serta memperkenalkan budaya berbagai flora dari negara kita, Indonesia.

BAB 3

BERKUNJUNG KE ISTANA MAIMUN

Uak Rusdi menggantikan Mak Engket untuk melatih murid-murid disaggar tari. Selagi Uak Rusdi menggantikannya. Mak Engket mengajak Tiara ke istana Maimun. Setiap Tiara pulang ke Medan, Mak Engket selalu mengajak Tiara ke istana Sultan Peli.

Kota Medan saat ini dihuni oleh penduduk dengan beragam ethis. Itu pula menyebabkan  identitas yang mencerminkan nilai asli sebuah kota semakin sulit dikenali. Mak Engket mengingatkan niat Tiara untuk bisa meriset tentang istana kebanggaan orang Melayu Deli itu. Karena bisa membuat tulisan Tiara lebih bagus untuk meengkapi cerita Tiara tentang kain songketnya.

Istana Maimun ini jadi salah satu istana paling indah dari sekian banyak istana di Indonesia. Mak Engket menyuruh Tiara untuk menulis itu. Mak Engket mengatakan semua dikerjakan oleh arsitek dari Italia. “Sultan Mahmud Al Rasyid, Sultan Deli pada masa itu, membangun istana ini pada tahun 1888. Mak Engket mengujarkan ornament lampu, kursi, meja, lemari, bentuk jendelanya yang lebar, dan pintu dorongnya. Semua itu berpengaruh dari Eropa. Tiara sangat gembira karena terbantu untuk mencatat.

Mak Engket mengajak Tiara untuk melihat foto souvenir, setelah lama mereka berkeliling menikmati sajian. Bersejarah diluar dan didalam istana. Tiara menebak Mak Engket pasti melihat kain songket lagi. Mak Engket memang tidak bisa dilepaskan dari kecintaannya pada kain songket Melayu. Tiara pernah bertanya, mengapa setiap orang yang masuk ke toko souvenir seolah dibujuk untuk akhirnya membeli. Dia baru mengerti bahwa dari para pengunjung seperti mereka ini pula mereka bisa mengumpulkan dana.

Setelah itu mereka memutuskan untuk pulang. Mak Engket melihat tumpukan selebaran yang berisi pengumuman. Ia mengambil dan membacanya. Mak Engket mengatakan aka nada lomba tari disana. Lomba tari mengingatkan dia kembali ke tiga tahun silam. Gara-gara Mak Engket melibatkan Tiara di perlombaan itu. Kalau bukan urusan sanggar, Mak Engket tidak mengajak Uak Rusdi. Ia memilih menyetir sendiri mobil kesayangannya yang tidak pernah berganti selama sepuluh tahun itu. Perjalanan menuju rumah peninggalan almarhum kakek dan nenek diwarnai dengan kemacetan di beberapa ruas jalanan kota Medan. Meskipun Tiara tidak lahir dan dibesarkan di Medan, namun ikatan batin dengan kota ini selalu membawanya kembali.


BAB 4

MENJELANG LOMBA TARI

Acara penyambutan tamu-tamu Kesultanan Deli sudah berlangsung satu hari yang lalu. Tiara ikut menyaksikan semaraknya penampilan para penari dan tamu-tamu yang hadir. Selama menjelang lomba Mak Engket harus menginap dirumah sanggar. Baru dua hari Tiara melepas rindu dan menginap dirumah almarhum nenek dan kakek. Mak Engket mengajak Tiara kembali ke rumah sanggar, Mak Engket mengajak Tiara untuk ikut lomba tari.

Pihak Kesultanan Deli ingin memilih murid-murid sanggar tari Melayu Deli, dimana yang akan tampil untuk menyambut tamu-tamu kehormatan yang akan datang dari luar negeri. Mak Engket juga mengikutkan Hasnah. Kata itu membuat Tiara sedikit cemas. Gadis pendiam yang sulit ditebak pemikirannya itu membuatnya kewalahan untuk menjadikannya teman. Mak Engket begitu bersemangat menyiapkan strategi untuk menjadi pemenang perlombaan. Tiara memandangi wajah-wajah para penari lainnya yang sudah berkumpul di aula Sanggar. Mak Engket memilih tujuh dari lima belas murid yang ikut berlatih. 

Dulu Mak Engket pernah menjelaskan bahwa teri persembahan ini nama aslinya adalah tari Makan Sirih, salah satu tarian tradisional klasik Melayu. Setelah latihan beberapa kali, Mak Engket meminta grup tari untuk beristirahat. Tanpa sengaja Tiara mendengar temannya yang sedang menggosipkan dirinya. Kata salah satu dari mereka membuat kuping Tiara sedikit memerah. Tiara harus menahan diri karena bagaimanapun mereka adalah murid-murid Mak Engket.


UNSUR-UNSUR CERITA

Alur : Maju

Latar : Tempat - Rumah Sanggar, Istana Maimun Kesultanan Deli Medan

Tokoh : Tiara, Mak Engket, Uak Rusdi, Hasnah.

Amanat : Kita harus belajar untuk mengendalikan diri dan emosi kita, contohnya Tiara. Sebagai teman kita tidak boleh saling bermusuhan karena bagaimanapun mereka adalah murid-murid Mak Engket yang juga akan ikut dalam perlombaan. Kita juga harus menumbuhkan kekompakan dan persatuan dalam suatu tim.


BAB 5

KAIN SONGKET HILANG

Suatu hari setelah makan siang, Tiara bergegas menuju ruang kerja Mak Engket. Namun, sesampainya disana ia tidak menemukan  kain songket itu. Ia terus berusaha menemukan kain itu, tetapi kain  songket itu tetap tidak bisa ditemukan. Tiba-tiba Mak Engket muncul dan mengejutkan Tiara, Tiara berusaha menjelaskan perihal hilangnya kain songket itu. Dengan amarah, Mak Engket berteriak memanggil Uak Rusdi. Uak Rusdi datang menghampiri Mak Engket dengan rasa takut.

Tak sampai disitu, Uak Rusdi berusaha mencari celah tentang hilangnya kain itu. Kehilangan kain songket bagi Mak Engket seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam dirinya. Mak Engket dengan tegas memerintahkan Uak Rusdi untuk mencari kain tersebut. Mak Engket berasumsi bahwa ada yang sengaja membuka gembok peti itu. Mak Engket mengatakan kain songket berbenang emas itu tidak boleh hilang. Ia bertekad akan menemukan siapa yang mengambil kain songket itu.

BAB 6

JEJAK KAKI MISTERIUS

Hari semakin sore, kain songket berbenang emas yang hilang belum juga ditemukan. Mak Engket masih diam sambil sesekali menarik nafasnya. Namun, tiba-tiba Tiara terbelalak melihat jejak kaki yang samar-samar di lantai. Dengan hati-hati Tiara memberitahu Mak Engket agar Mak Engket  tidak emosi lagi. Mak Engket memperhatikan jejak kaki itu, entah mengapa ia malah bangkit dan meninggalkan Tiara dikamar kerja itu.

Tiara bergegas menemui Mak Engket, ia mulai bingung mengapa Mak Engket meninggalkannya tanpa memberikan komentar. Ia melewati lorong yang memisahkan ruang kerja Mak Engket dan sederet kamar rumah sanggar. Dua dari kamar itu adalah milik Hasnah, Uak Rusdi, serta istrinya Uak Siti. Tiba-tiba perasaan Tiara tertuju pada anak gadis Uak Rusdi itu. Kejadian ini ternyata sudah pernah terjadi. Sehari menjelang tampil, kipas-kipas yang dipilihkan Mak Engket untuk Tiara tiba-tiba hilang secara mendadak.

Hasnah menyembunyikan kipas-kipas itu lalu ia menuduh Tiara bahwa Tiara lah yang telah menghilangkan kipas itu. Hasnah melakukan semua itu agar Tiara gagal tampil dalam perlombaan tari Persembahan. Tetapi, apakah kali ini Hasnah melakukannya lagi untuk membuatnya gagal tampil?.


UNSUR-UNSUR CERITA

Alur : Maju

Latar : Tempat – diruang kerja Mak Engket.

Tokoh : Tiara, Mak Engket, Uak Rusdi, Uak Siti, Hasnah.

Amanat : Janganlah berbuat jahat & iri dengki kepada orang lain, seperti pada tokoh Hasnah. Ia dengan sengaja menyembunyikan kipas tari agar Tiara gagal tampil. Seharusnya Hasnah mendukung dan memberikan semangat kepada Tiara, agar pentas yang ditampilkan oleh Tiara & grup tari berhasil mendapatkan apresiasi.


BAB 7

HADIAH UNTUK MAK ENGKET

Suatu hari, suasana lokasi perlombaan tari makan sirih begitu semarak. Tak lama kemudian, acara perlombaan pun sudah dimulai. Grup tari dari Tiara mendapatkan giliran ketiga. Lalu merka dipanggil untuk segera tampil, singkat cerita setelah selesai menampilkan tari persembahan, riuh tepuk tangan hadirin membuat Tiara yakin akan mendapatkan apresiasi yang maksimal. Akhirnya, juara telah diumumkan, grup tari Mak Engket kembali memenangkan perlombaan. Dengan perasaan haru, Tiara diminta untuk naik ke panggung dan menerima penghargaan. Mak Engket hadir dengan senyumannya yang mengembang. Mak Engket memeluk Tiara dengan erat sekali. Tiba-tiba Hasnah muncul mengulurkan tangannya kea rah Tiara. Namun setelahnya, ia kembali terdiam dan bersikap dingin.

Waktu sudah semakin berlalu, semua orang telah kembali ke sanggar. Saatnya meminta Mak Engket untuk membuka hadiah yang terbungkus dalam kotak besar berwarna kuning emas itu. Namun, Mak Engket masih terlihat lemas ia menyuruh Tiara saja yang akan membuka hadiah itu. Pelan-pelan Tiara membuka perekat kotak bungkusan itu. Kedua mata Tiara berbinar-binar ketika melihat isinya. Kain songket berbahan benang emas persis seperti milik Mak Engket yang hilang memenuhi kotak bungkusan itu. Kain songket yang dipakai Tiara tak berpengaruh pada keberhasilannya. Tiara dan grup tari tetap bisa meraih yang terbaik meski tanpa kain songket berbenang emas yang hilang itu.


BAB 8

SONGKET PERSAHABATAN

Besok Tiara akan kembali ke Jakarta namun, Tiara masih menyimpan banyak tanya. Mulai dari jejak kaki yang belum ia ketahui milik siapa. Semua itu masih menyimpan banyak sekali misteri. Ia menemui Mak Engket untuk bertanya soal hal itu. Mak Engket terpukul saat mengatakan bahwa jejak kaki itu adalah milik Uak Siti yang tak lain adalah istri dari Uak Rusdi. Tiara kaget mendengar hal itu, Mak Engket menjelaskan padanya bahwa Uak Siti tidak mau kalau ia sampai mati syirik gara-gara memuja kain songket yang ia anggap bertuah itu. Jadi, kemarahan Uak Siti yang didengar Tiara di balik jendela kamarnya itu tertuju pada Mak Engket. Uak Siti sedih jika mendengar Mak Engket selalu mengatakan bahwa kain songket pemberian atok yang merupakan almarhum suami Mak Engket itu memiliki kekuatan gaib.

Keesokan harinya, makan siang bersama hari ini sangat komplit. Uak Siti mengajak Tiara untuk melihat beberapa menu hidangan khas Melayu. Sambil menikmati makan siang, Tiara luput memperhatikan Hasnah. Ternyata sejak tadi Hasnah sudah duduk bersamanya dimeja. Itu adalah sebuah keajaiban bagi Tiara, biasanya Hasnah tidak pernah mau duduk dan makan bersama dengannya. Ia pasti selalu menghindar.

Hasnah meminta maaf kepada Tiara karena ia yang telah mengambil kipas itu agar Tiara tidak jadi menari. Hasnah melakukan hal itu agar Mak Engket memilihnya untuk ikut tampil. Tiara terkejut, ia berdiri dan mendekati lalu memeluk Hasnah dari belakang. Tiara memaafkan Hasnah juga meminta maaf kepada Hasnah sambil menahan air mata dari kelopak matanya. Mak Engket mengatakan bahwa mulai sekarang Hasnah yang akan ia pilih untuk menggantikan Tiara di acara penyambutan tamu-tamu dari luar negeri itu. Hasnah terisak sambal tersenyum haru ia langsung memeluk Mak Engket dengan penuh kasih sayang.Singkat cerita, sebelum kembali ke Jakarta Tiara memutuskan memberikan kain songket hadiah perlombaan itu kepada Hasnah. Namun, tanpa ia duga Mak Engket malah menghadiahkannya kain songket berbahan emas kesayangannya untuk Tiara.


UNSUR-UNSUR CERITA 

Alur : Maju.

Latar : Waktu – di siang hari. Tempat – di ruang makan.

Tokoh : Tiara, Mak Engket, Hasnah, Uak Siti.

Amanat : Ketika seseorang meminta maaf, kita harus memaafkan apapun kesalahannya. Seperti saat Hasnah meminta maaf kepada Tiara, Tiara tetap memaafkan dan menyayanginya. Hal itu harus diterapkan agar rasa kekeluargaan dapat bertahan dengan baik. Janganlah kita mendendam atas perbuatan seseorang yang iri atau cemburu terhadap pencapaian kita.


KELEBIHAN & KEKURANGAN KARYA CERITA


KELEBIHAN 

Adapun kelebihan dari karya cerita ini adalah memiliki Layout menarik dan mencolok. Selain itu, bahasa yang disampaikan dalam cerita sangat lugas dan mudah dipahami. Isi cerita mengangkat pendidikan karakter, budaya dan kearifan lokal yang mampu mengajak pembaca tidak saja menikmati cerita, tetapi juga mengajak pembaca untuk ikut serta dalam melestarikan budaya daerah masing-masing.


KEKURANGAN

Alur cerita terlalu dangkal dan mudah ditebak. Hal ini membuat pembaca menjadi kurang mengembangkan imajinasi cerita. Selain itu , alur yang dirasakan agak monoton pada satu adegan.

Komentar