Mengajar Selama 21 Tahun, Menjadikan Ketut Kemahyasa S,Pd, M,Pd Sebagai Kepala Program Jurusan DKV


Singaraja –
Guru dengan sapaan Pak Kemah itu mungkin bisa dikatakan sebagai guru yang sudah tidak asing lagi di telinga warga SMKN 3 Singaraja khusus jurusan TKJ dan Multimedia.

Bagaimana tidak? Beliau sudah menjadi bagian pendidik di SMKN 3 Singaraja sejak tahun 2001 silam. Jadi, jika dikalkulasi beliau sudah bekerja di STEMSI selama 21 tahun.

Beliau mengawali perjalanannya di SMKN 3 Singaraja, di tahun 2001 dengan bergabung ke jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) pada divisi elektronik. Pada saat itu jurusan Multimedia belum ada di SMKN 3 Singaraja. Barulah tahun 2006 jurusan Multimedia lahir di STEMSI.

Seiring dengan adanya jurusan baru di STEMSI, yaitu jurusan Multimedia, Beliau pun hijrah dari TKJ ke Multimedia. Sampai Multimedia berubah nama menjadi Desain Komunikasi Visual, Guru dan Staf di Jurusan DKV, beberapa masih diisi oleh tenaga-tenaga pendidik mantan bagian dari jurusan TKJ.

Mengajar di jurusan yang belum pernah ada sebelumnya menjadi sebuah tantangan baru baginya. Beliau mengajar di jurusan Multimedia hingga dipercaya menjadi kepala program Multimedia.

Sesuai dengan program penyelarasan kurikulum pendidikan SMK dengan kebutuhan IDUKA atau Industri dan Dunia Kerja, tahun 2021 Jurusan Multimedia berubah menjadi Desain Komunikasi Visual, dengan sebagian perubahan yang menyesuaikan dengan kurikulum baru. Di masa ini, Pak Kemahyasa dipercaya untuk menjabat sebagai kepala bengkel.

Kemudian di tahun 2022, seiringan dengan tahun ajaran baru, beliau kembali dipercaya sebagai kepala program, namun yang membedakan adalah kurikulum dan spektrum pendidikan yang berubah, dan beliau harus menyesuaikan dengan kondisi saat ini.

Di dalam kelas, Pak Kemah mengajar progam keahlian dasar-dasar Desain Komunikasi Visual untuk kelas XDKV1 dan XDKV2. Mulai dari Industri kreatif sampai membuat sketsa.

Menjadi seorang guru, yang secara harafiah bertemu dengan berbagai jenis karakter siswa, dan ditambah lagi beliau telah mengajar selama 21 tahun, tentunya beliau memiliki banyak pengalaman baik suka maupun duka. Namun, jika membahas tentang pengalaman yang tidak menyenangkan, beliau hanya menjadikannya sebagai pembelajaran.

“Pengalaman paling tidak menyenangkan itu tidak ada, guru merupakan suatu profesi, semua pengalaman baik suka maupun duka yang sudah dilewati, dapat dijadikan pembelajaran.” Ujarnya dalam wawancara (21/10/2022)

Beliau membagikan pandangannya tentang profesi guru, yang ia anggap sebagai seorang pelayan.

“Karena guru itu juga kan ditugaskan oleh negara untuk menjadi pelayan, seorang abdi negara, jadi ya apa-apa yang dilewati atau ditemui selama proses menjadi guru itu ya dijadikan pembelajaran, baik itu hal-hal menyenangkan, bisa juga hal-hal yang tidak menyenangkan, jadi itu hanya saya jadikan sebagai pengalaman sekaligus pembelajaran.” Pandangannya tentang seorang guru (21/10/2022)

Beliau menilai siswa-siswa jurusan DKV memiliki perilaku yang normal, sebagian besar karakternya positif dan ada juga beberapa bisa dihitung dengan jari yang perilakunya perlu diperbaiki. Kasus-kasus kenakalan anak DKV hanya sebatas seperti membawa rokok atau berkelahi.

Kemudian beliau juga menjelaskan sistem hukuman di jurusan DKV, bahwa guru tidak berwenang untuk memberikan hukuman fisik. Namun guru memberikan hukuman dengan menyesuaikan poin yang ada pada buku saku masing-masing anak didik, yang kemudian akan diproses oleh Bimbingan Konseling sekolah. Menurutnya itu sudah cukup untuk menjadi pelajaran buat mereka.

Memasuki bulan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, Beliau menanggapi hal ini dengan positif. Beliau berpendapat bahwa P5 itu memiliki fokus utama pada bidang karakter. Harapannya tenaga pendidik bisa membangun karakter siswa supaya mereka bisa membentuk karakter dirinya sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karena baginya, ujung dari pendidikan yaitu pembentukan karakter yang positif. Supaya karakter yang positif ini mampu menunjang masa depan anak didik.

Beliau menjelaskan di P5 ini terdapat karakter-karakter yang ditekankan sesuai dengan dimensi yang telah dibagi. Dengan porsi yang cukup besar, yaitu di setiap jam mata pelajaran yang tergolong kelompok A, dan diajar oleh guru yang diberikan otoritas, rasanya tujuan dari Projek P5 ini dapat tercapai sebagaimana-mestinya.

“P5 sangat membantu sekali dalam kelangsungan program keahlian DKV. Karena ini kan membentuk karakter. Jika karakter siswa sudah terbentuk, bagus, itu akan sangat memudahkan kita (pendidik) untuk bisa membangun pengetahuan anak didik.” Ujarnya pada jumat (21/10/2022)

Menurutnya, karakter-karakter yang ada dalam dimensi P5 itu adalah sebuah potensi, jadi setiap orang sudah memilikinya, dimana kini tinggal melakukan bimbingan dan pengembangan.

Beliau memiliki harapan supaya tenaga pendidik dapat membentuk karakter siswa menjadi lebih positif lagi. Dimulai dari awal yaitu membentuk kedisiplinan kemudian berlanjut ke karakter-karakter yang lainnya. Jadi yang perlu diperbaiki dari diri siswa yaitu karakter-karakter mendasar seperti kedisiplinan terlebih dahulu.

Akhir kata, Beliau menekankan tentang bagaimana kita sebagai warga sekolah, yaitu termasuk Guru, Staf, dan juga Murid untuk bersama-sama berada dalam posisi belajar untuk menggapai tujuan dan cita-cita masing-masing.

“Kita harus belajar bersama-sama, posisi belajar memang posisi yang berada di luar zona nyaman, belajar memang terdapat banyak tantangan, tetapi belajar juga merupakan sebuah langkah awal yang harus kita laksanakan supaya kita bisa lanjut ke langkah-langkah berikutnya yang lebih variatif.” Ujarnya kepada tim jurnalis DKV.


Komentar